Senin, 20 Januari 2014

kerukunan antar umat beragama



BAB I
PENDAHULUAN
A.                LATAR BELAKANG
            Agama adalah salah satu yang menyebabkan terjadinya konflik yang terjadi di Indonesia, tetapi juga agama sebagai pemersatu umatnya. Keduanya saling berhubungan karena setiap adanya perkumpulan pasti juga terjadinya konflik dan pertentangan. Dengan konflik tersebut mengurangi kerukunan yang terjadi, dimana kerukunan tersebut bertujuan untuk mendamaikan semua umat manusia dan menyatukannya dari segala perbedaan yang ada. Dalam pembuatan makalah ini, yang dimana merupakan tugas dari Sosiologi Agama akan mampu menjelaskan agam itu secara umum dan kerukunan yang terjadi antar umat yang memeluk agama.
            Beragama telah memberikan kepada manusia bukan saja ritus akan tetapi juga memberikan kelegaan emosional dan cara untuk memperkokoh kepercayaan sehingga karenanya dia mampu melaksanakan suatu pekerjaan. Agama telah menempatkan dari seluruh pengalaman hidup manusia dan menjawab masalah yang terjadi dalam kehidupan manusia, mengenai mengapa dunia ada, mengapa ada gunung yang sangat besar dan lain sebagainya. Belajar tentang agama ada yang dapat dikelola dengan logika juga ada yang diluar logika, sehingga dalam memahami tentang agama sangat sulit apalagi mengartikan tentang agama tersebut. Pertimbangan dalam pemahaman tentang agama tersebut akan coba saya jelaskan dalam makalah ini serta hal-hal yang berkaitan tentang agama. Agama adalah sebagai pemersatu tetapi agama juga yang menyebabkan kericuhan. Hal ini adalah janggal buila tidak ditrlusuru sebab dan akibatnya sehingga akan menimbulkan kerukunan antar umat beragama.
            Kerukunan antar umat beragama merupakan hal yang sangat penting bagi semua Negara, karena disetiap Negara mempunyai kepercayaan yang berbeda-beda mengenai agama yang anutnya. Untuk memciptakan kerukunan antar umat beragama telah dicantumkan dalam ideologi bangsa Indonesia yaitu pancasila yang pertama, ini tujuannya untuk menyatukan semua warga indosesia dengan ber Tuhan Yang Maha Esa.
            Berbagai macam konflik yang terjadi tentang pertentangan agama tersebut dari konflik yang sampai membuat nyawa seseorang hilang sampai kehilangan harta bendanya. Semuanya terjadi karena mempunyai sebab-sebab masing masing, untuk itu dari pembuatan makalah yang berjudul “ Kerukunan Antar Umat Beragama “ yang dapat bermanfaat untuk mengetahui konflik yang terjadi dan bagaimana cara untuk meminimalisir konflik tersebut.
           
B.                 RUMUSAN MASALAH
1.      Apa makna dari agama gama serta peranan agama untuk masyarakat?
2.      Apa saja konflik yang terjadi antar umat beragama?
3.      Apa yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama?
4.      Bagaimana cara meningkatkan kerukunan antar umat beragama?

C.                TUJUAN
1.      Untuk mengetahui makna dari agama gama serta peranan agama untuk masyarakat.
2.      Untuk mengetahui konflik yang terjadi antar umat beragama.
3.      Untuk mengetahui yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama.
4.      Untuk mengetahui cara meningkatkan kerukunan antar umat beragama.

D.                MANFAAT KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
            Dengan adanya kerukunan antar umat beragama maka dapat meminimalisir konflik yang terjadi antar manusia, bukan hanya antar umat beragama saja. Kerukunan antar umat beragama juga mencontohkan kalau semua agama itu sama yaitu percaya pada Tuhan hanya saja cara untuk mempercayai dan beribadat akan hal tersebut saja yang membedakannya.






BAB II
PEMBAHASAN
A.                PENGERTIAN AGAMA
            Agama adalah kepercayaan tentang Tuhan, dari daulu kala manusia telah mngenal yang namanya kepercayaan tetapi belum disebut sebagai agama, manusia zaman dahulu menyebutnya sebagai animisme dan dinamisme. Animisme meliki arti kpercayaan terhadap roh-roh sedangkan dinamisme berarti percaya terhadap benda-benda yang dianggap keramat atau mempunyai kekuatan diluar akal manusia. Kepercayaan tersebut berahir ketika adanya hukum yang dinamakan positifistik, dimana manusia berfikir berdasarkan logika dan mnengartikan semua peristiea alam dengan pemikiran yang rasional.
            Agama secara umum diartika sebagai suatu kepercayaan terhadap hal yang gaib dan berhubungan dengan Tuhan. Agama memiliki banyak sekali arti, masing-masing filosof mengartikan agama itu berbeda beda, secara etimologi agama berasal dari bahasa sanskerta yaitu kata A: yang artinya tidak dan Gama: yang artinya kacau, kocar­-kacir, berantakan, yang sama artinya dengan perkataan Griek; Chaos. Jadi pengertian agama adalah tidak kocar-kacir atau tidak berantakan, atau agama itu teratur, dan beres (Fakhroeddin al-Kahiri). Sedangkan menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan sekaligus seorang linguis mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara, jalan, dan gama adalah bahasa Indo Germania: bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan atau cara yang dilakukan sampai kepada keridhaan kepada Tuhan. Selain definisi dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama dalam bahasa Latin disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa disebut Religion dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din atau juga.
Dari pendapat tersebut, definisi dan pengertian agama memiliki perbedaan-perbedaan pokok dan luas antara maksud-maksud agama pada kata ‘agama’ dalam bahasa Sansekerta, dengan kata ‘religio’ bahasa latin, dan kata ‘din’ dalam bahasa Arab. Namun secara terminologis, ketiganya memiliki inti yang sama, yaitu suatu gerakan di segala bidang mengenai kepercayaan kepada Tuhan dan suatu rasa tanggung jawab batin untuk perbaikan pemikiran dan keyakinan, untuk mengangkat prinsip-prinsip tinggi moralitas manusia, untuk menegakkan hubungan baik antar anggota masyarakat serta menghapuskan segala bentuk diskriminasi.
Agama sangat luas artinya jika dijabarkan akan tetapi memiliki inti yang sama, seperti para tokoh mengartikan agama secara berbeda beda.
1.                  R.R. Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, tetapi juga perasaan dan kemauan, serta dapat memanifestasikan dirinya menurut segi-segi emosionilnya walaupun idenya kabur.
2.                  J. G. Frazer, megatakan agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.
3.                  Eden Sheffield Brigtman, memberikan definisi dan pengertian agama, yaitu bahwa agama merupakan suatu unsur pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang tinggi; pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai,  dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang urusan serta pengabdian tersebut baik dengan cara melakukan upacara­-upacara yang simbolis maupun melaui perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat perseorangan serta yang bersifat kemasyarakatan.
4.                  Pengertian Agama Menurut Anthony F.C. Wallace: Agama sebagai seperangkat upacara yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan supernatural dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan semesta.
5.                  Pengertian Agama Menurut Parsons & Bellah: Agama adalah tingkat yang paling tinggi dan paling umum dari budaya manusia.
6.                  Pengertian Agama Menurut Luckmann: Agama adalah kemampuan organisme manusia untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna yang objektig, memiliki daya ikat moral dan serba meliputi.
7.                  Pengertian Agama Menurut KBBI: Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya.
8.                  Menurut Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem yang terpadu terdiri dari keyakinan dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua penganutnya dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat.
9.                  Harun Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
Beberapa definisi tentang agama tersebut, memperlihatkan betapa luasnya cakupan agama dan sekaligus menunjukkan pengertian agama itu cukup banyak. Hal ini menunjukkan adanya perhatian besar dari para ahli terhadap agama, juga menunjukkan tentang merumuskan pengertian agama itu sangat sulit sehingga tidak cukup satu pengertian saja.
Dengan bertolak dari beberapa pengertian agama, Harun Nasution merumuskan delapan pengertian agama sebagai berikut:
1.                  Pengakuan terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.                  Pengakuan terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3.                  Mengingatkan diri pada suatu bentuk yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatannya.
4.                  Kepercayaan kepada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.                  Suatu sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib.
6.                  Pengakuan terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari kekuatan gaib.
7.                  Pemujaan terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasan lemah dan perasaan takut terhadap kekuatan yang misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.                  Ajaran-ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.


Dari pengertian agama diatas maa agama tersebut juga mempunyai cirri-ciri, dimana ciri-ciri agama adalah berikut yang dilihat dari kehiduopan beraganya.
1.      Mengadakan upacara pd momen2 tertentu.
2.      Mempercayai tempat, benda, orang sebagai yang keramat, bertuah, suci, istimewa
3.      Aturan2 kehidupan dipercaya berasal dari Tuhan.
4.      Penghayatan ruhaniah seperti khusyuk, cinta mendalam, menyatu dengan Tuhan, trance.
Agama tidak bisa lepas dari sendi kehidupan manusia, semua yang terjadi dan yang dilakukan manusia tidak lepas dari agamanya, karena agama yang mengatur jalannya kehidupan manusia agar mendapatkan tempat yang layak dari Tuhan. Agama yang ada di kehidupan orang Barat dengan kehidupan orang di Timur sangatlah berbeda, agama di berat tidak terlalu mempengaruhi setiap aktivitas yang dilakukan oleh pemeluknya, tetapi di bagian Timur aktivitas seharinya didasarkan atas agamanya.
B.                 NORMA YANG TERKANDUNG DALAM AGAMA
Nilai keagamaan terdiri dari dua kata yaitu kata nilai dan keagamaan. Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya.  Dengan demikian nilai dapat diartikan sebagai sifat yang menempatkan pada posisi yang berharga dan terhormat bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang. Sedangkan keagamaan adalah suatu hal yang bersifat agama. Sehingga nilai Keagamaan berarti nilai yang bersifat agama.
Macam-macam nilai yang terkandung dalam agama menurut beberapa tokoh adalah.
1.      Iman
Iman artinya percaya terhadap adanya Tuhan. Semua agama mempercayai akan adanya Tuhan.
2.      Sikap pasrah terhadap keagungan Tuhan
3.      Kesadara bahwa Tuhan itu akan selalu ada dimanapun kita berada dan Tuhan akan selalu memantau setiap kegiatan yang kita lakukan tanpa terkecuali sehingga apapun yang kita lakukan tidak lepas dari kuasa Tuhan kita.
4.      Suatu sikap dimana percaya kalau Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untuk kita
5.      Terimasih kepada Tuhan serta tetap bersabar.
Nilai yang terkandung tersebut lebih menekankan pada nilai yang terkandung dalam agama Islam. Tetapi semua nilai yang ada pada agama adalah tidak lepas dari keagungan Tuhan. Secara umum nilai yang terkandung dalam agama adalah nilai moral yang berhubungan dengan tingkah laku dan iman yang berhubungan dengan keyakinan dalam hati akan keberadaan Tuhan kita serta nilai pemersatu antar semua manusia.
Kehidupan beragama dikatakan mempunyai nilai moral dilihat dari agama yang mengatur tata cara kita bertingkah laku, berhubungan dengan sesama dan lain sebagainya. Tidak ada agama yang mengajarkan keburukan, maupun kehancuran. Semua agama mengajarkan yang baik untuk umatnya di dunia maupun di akhirat nantinya. Tetapi dalam kenyataannya, agama adalah salah satu penyebab dari kerusuhan yang terjadi. Bukan hanya karena perbedaan agama tersebut, tapi juga agama yang sama dapat berselisih karena perbedaan dalam hal cara menjalani padahal mereka sama, memeluk agama yang sama. Contohnya, agama Islam yang mempunyai banyak aliran, yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap benar maka akan di hancurkan bahkan tidak di berikan hidup tempat hidup di Indonesia. Tempat mereka dibakar oleh sesamanya yaitu sesama Muslim. Itu semua menjelaskan bahwa perbedaan agama adalah bukan sebagai penyebab utama konflik tetapi perbedaan keyakinan.
Nilai iman yang berati mempercayai akan Tuhan merupakan hal yang Wajib bagi semua umat yang mengaku dirinya mempunyai agama. Mempercayai bukan salah satu nilai yang sangat mendukung akan tetapai ada nilai yang sangat penting yaitu agama sebagai pemersatu semua manusia yang ada di dunia. Tidak ada agama yang lebih baik dan yang lebih buruk, semuanya sama yaitu merupakan ajaran tentang Tuhan. Tetapi banyak agama yang merasa paling baik dan agama yang lain adalah musuh mereka. Dalam hal ini sehingga timbullah yang namanya konflik antar umat beragama yang akan dibahas dalam halaman berikutnya.


C.                KONFLIK ANTAR UMAT BERAGAMA
Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia. Sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama menurut Hendropuspito berpendapat bahwa konflik yang terjadi antar umat beragama disebabkan karena beberapa hal, antara lain:
1.                  Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan tersebut. Sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya masing-masing, dibandingkan dengan ajaran agama yang lain, diberikan penilaian atas agamanya  dan agama orang lain. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan yang lainnya merupakan pertentangan dari agamanya.
Agama Islam dan Kristen di Indonesia, yang merupakan agama yang bisa dibilang agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan. Tapi dalam hal persamaan ini sering terjadi pertentangan antar umat beragama tersebt, sehingga terjadinya konflik.
Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran santri. Bagi golongan santri, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, sehingga mengakibatkan pandangan bahwa Islam adalah hukum dan politik di samping agama. Berhubung isalam adalah agama mayoritas di Indonesia, membuat Islam sendiri membuat peraturan hukum ataupun politik yang sesuai dengan ajarannya tanpa memandang kalau Indonesia adalah bangsa yang multicultural bukan hanya multireligius. Konflik pun sering terjadi akibat dari dokrin tersebut.

2.                  Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat. Seperti yang telah terjadi di Wilayah Sampang dimana bentrok yang terjadi menimbulkan banyak korban, bukan hanya korban jiwa kan tetapi juga korban harta. Rumah dibakar dan harta benda dihancurkan, itu semua terjadi karena adanya perbedaan dalam pemeluk agama.
Terjadi juga di Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

3.                  Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya diberbagai bangsa di dunia tidaklah sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern. Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat beragama beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional. Sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Mereka yang merasa kelompok agamanya tersaingi dengan pendatang akan melakukan sedikit perlawanan seperti tidak terlalu menyukai pendatang yang lama kelamaan akan menimbulkan konflik antar mereka.
Perbedaan tingkat budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.

4.                   Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama
Fenomena konflik sosial mempunyai banyak penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama. Terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama mayoritas, sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang yang beragama minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas. Kelompok minoritas banyak mengalami kerugian fisik sampai-sampai tempat peribadatan mereka dibakar.
Konflik yang terjadi tersebut merupakan garisan besar dari konflik yang terjadi antar umat beragama, konflik tersebut juga bisa terjadi karena hal kecil seperti sindiran dari kata-kata yang dapat menyebabkan orang lain tersinggung. Sangat sering terjadi hal tersebut, bukan hanya bisa terjadi pada masyarakat awam yang tidak tahu cara bertatakrama, tetapi juga bisa terjadi di lingkungan orang berpendidikan. Agama  merupakan martabat seseorang, maka dari itu harus dijunjung semampunya, untuk itu konflik yang terjadi karena agama sangat mudah terjadi di kalangan maapun di dunia bagian timur dan Indonesia khususnya.

D.                KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
            Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna “baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran (Depdikbud, 1985:850). Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka “kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.
            Sebagai bangsa multietnis, budaya, dan agama, kerukunan hidup umat beragama menjadi hal yang sangat penting dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kerukunan hidup umat beragama menjadi pilar penting bagi terwujudnya persatuan, kesatuan, dan ketahanan nasional, sekaligus menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya stabilitas politik dan keamanan yang niscaya bagi terselenggaranya pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Landasan bagi pengembangan kerukunan umat beragama yang selama ini dijadikan pijakan adalah prinsip trilogi kerukunan, yaitu kerukunan antarumat beragama, kerukunan intraumat beragama dan kerukunan antara umat beragama dan pemerintah. Tantangannya adalah bagaimana kerukunan tersebut dikembangkan lebih jauh sehingga tidak hanya di kalangan elite agama, tetapi juga menjangkau lapisan umat beragama yang lebih luas.
            Kebebasan beragama dan berkeyakinan adalah hak asasi setiap warga negara yang dijamin dan dilindungi oleh konstitusi negara Republik Indonesia. Namun demikian, diperlukan pengaturan menyangkut aspek perwujudan dari hak dan kebebasan untuk beragama dan berkeyakinan itu agar kebebasan seorang warga tidak melanggar hak asasi dan kebebasan warga lain dalam beragama dan berkeyakinan, serta untuk melindungi keselamatan, ketertiban, kesehatan dan moralitas publik. Oleh sebab itu, tata kelola kehidupan umat beragama menjadi penting dikembangkan guna mewujudkan kehidupan beragama yang rukun dan damai yang dilandasi atas sikap toleran dan saling menghormati di kalangan umat beragama, tanpa mencampuri substansi dari agama dan keyakinan yang dipeluk oleh warga negara.
            Untuk meningkatkan kerukunan umat beragama dalam lima tahun terakhir telah dilakukan langkah-langkah antara lain:
1.      Reharmonisasi kehidupan sosial keagamaan daerah pascakonflik
2.      Optimalisasi antisipasi disharmoni sosial daerah rawan konflik
3.      Penguatan peran dan pemberdayaan nilai-nilai kearifan lokal
4.      Peningkatan pemahaman agama berwawasan multicultural
5.      Pengembangan budaya damai
6.      participatory action research (PAR) untuk pengembangan model kerukunan
7.      pemberdayaan organisasi keagamaan; serta penguatan peran tokoh dan pemuka agama.
                Sejalan dengan cara meningkatkan kerukunan antar umat beragama tersebut, perlu juga dilakukan berbagai kegiatan diklat dan orientasi kerukunan bagi para penyuluh agama, dai/juru penerang dan sejenisnya; dan program bantuan buku-buku keagamaan dalam rangka pencerahan wawasan keagamaan masyarakat. Dalam membangun kerukunan umat beragama di kalangan generasi muda lintas agama telah dilakukan sejumlah kegiatan peningkatan pemahaman dan wawasan serta pengamalan ajaran agama yang berwawasan multikultural berupa kegiatan kunjungan dan dialog pemuda lintas agama, dengan melibatkan 200 pemuda dari berbagai organisasi dan latar belakang agama setiap tahunnya. Peningkatkan kerukunan antar umat beragama tersebut, maka mampu meminimalisir konflik yang terjadi, bukan hanya konflik yang terjadi antar umat beragama akan tetapi konfik yang terjadi di dunia.












BAB III
PENUTUP
A.                KESIMPULAN
Agama adalah kepercayaan kepada hal yang gaib dan berhubungan dengan Tuhan serta kepatuhan akan ajaran Tuhan yang menjadi aturan pemeluknya hidup di dunia. agama mempunyai cici-ciri yang dilihat dari kehidupan beragama antara lain: Mengadakan upacara pd momen2 tertentu, mempercayai tempat, benda, orang sebagai yang keramat, bertuah, suci, istimewa, aturan2 kehidupan dipercaya berasal dari Tuhan, penghayatan ruhaniah seperti khusyuk, cinta mendalam, menyatu dengan Tuhan, trance. Agama sebagai pemersatu umatNya tetapi karena agam juga bisa menimbulkan konflik yang terjadi seperti konflik di Sampang beberapa tahun yang lalu, penyebab terjadinya konflik agama adalah Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental, Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama, Perbedaan Tingkat Kebudayaan, Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama. Dengan konflik tersebut norma yang terkandung dalam agama tidak sejalan dengan apa ada sehingga menimbulkan kendala yang terjadi dalam kerukunan antar umat beragama.
B.                 SARAN
Untuk meningkatkan kerukunan antar umat beragama yang terjadi di Indonesia pada khusunya hanya dapat diselesaikan atau diminimalisir dengan peraturan yang tegas tentang hak beagama dan sanksi yang tegas pula akan pelanggaran tersebut, karena semua aga itu sama tidak ada perbedaan, sama-sama percaya dan patuh terhadap Tuhan hanya saja yang menjadi perbedaan adalah cara melakukan peribadatan tersebut yang berbeda.




SUMBER/ REFERENSI
1.      Endang Saifuddin Anshari, Ilmu filsafat dan Agama, Surabaya PT, Bina Ilmu, 1987.
2.      Madjid, Nurcholish. Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan. Bandung: PT Mizan Pustaka, 2008.
3.      http://www.tugasku4u.com/2013/02/makalah-kerukunan-antar-umat-beragama.html
4.      Al-Faruqi, Ismail. Atlas Budaya Islam, Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilan, Cet. III, Mizan : Bandung, 2001.
5.      Muhammad Said Mursi, Fann Tarbiyah al-Aulad Fii al-Islam, 1977.
6.      http://tugas agama.blogspot.com
7.      Artikel tentang definisi agama
8.      Merton, R.K.: Social Theory And Social Structural, Glenceo, Illinos, The Fress,1949.
9.      Nottingham, Elizabeth. Agama Dan Masyarakat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2002.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar