BAB
I
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Agama adalah
salah satu yang menyebabkan terjadinya konflik yang terjadi di Indonesia,
tetapi juga agama sebagai pemersatu umatnya. Keduanya saling berhubungan karena
setiap adanya perkumpulan pasti juga terjadinya konflik dan pertentangan.
Dengan konflik tersebut mengurangi kerukunan yang terjadi, dimana kerukunan
tersebut bertujuan untuk mendamaikan semua umat manusia dan menyatukannya dari
segala perbedaan yang ada. Dalam pembuatan makalah ini, yang dimana merupakan
tugas dari Sosiologi Agama akan mampu menjelaskan agam itu secara umum dan
kerukunan yang terjadi antar umat yang memeluk agama.
Beragama
telah memberikan kepada manusia bukan saja ritus akan tetapi juga memberikan
kelegaan emosional dan cara untuk memperkokoh kepercayaan sehingga karenanya
dia mampu melaksanakan suatu pekerjaan. Agama telah menempatkan dari seluruh
pengalaman hidup manusia dan menjawab masalah yang terjadi dalam kehidupan
manusia, mengenai mengapa dunia ada, mengapa ada gunung yang sangat besar dan
lain sebagainya. Belajar tentang agama ada yang dapat dikelola dengan logika
juga ada yang diluar logika, sehingga dalam memahami tentang agama sangat sulit
apalagi mengartikan tentang agama tersebut. Pertimbangan dalam pemahaman
tentang agama tersebut akan coba saya jelaskan dalam makalah ini serta hal-hal
yang berkaitan tentang agama. Agama adalah sebagai pemersatu tetapi agama juga
yang menyebabkan kericuhan. Hal ini adalah janggal buila tidak ditrlusuru sebab
dan akibatnya sehingga akan menimbulkan kerukunan antar umat beragama.
Kerukunan antar umat beragama
merupakan hal yang sangat penting bagi semua Negara, karena disetiap Negara
mempunyai kepercayaan yang berbeda-beda mengenai agama yang anutnya. Untuk
memciptakan kerukunan antar umat beragama telah dicantumkan dalam ideologi
bangsa Indonesia yaitu pancasila yang pertama, ini tujuannya untuk menyatukan
semua warga indosesia dengan ber Tuhan Yang Maha Esa.
Berbagai macam konflik yang terjadi
tentang pertentangan agama tersebut dari konflik yang sampai membuat nyawa
seseorang hilang sampai kehilangan harta bendanya. Semuanya terjadi karena
mempunyai sebab-sebab masing masing, untuk itu dari pembuatan makalah yang berjudul
“ Kerukunan Antar Umat Beragama “ yang dapat bermanfaat untuk mengetahui
konflik yang terjadi dan bagaimana cara untuk meminimalisir konflik tersebut.
B.
RUMUSAN
MASALAH
1. Apa
makna dari agama gama serta peranan agama untuk masyarakat?
2. Apa
saja konflik yang terjadi antar umat beragama?
3. Apa
yang dimaksud dengan kerukunan antar umat beragama?
4. Bagaimana
cara meningkatkan kerukunan antar umat beragama?
C.
TUJUAN
1.
Untuk mengetahui makna dari agama gama
serta peranan agama untuk masyarakat.
2.
Untuk mengetahui konflik yang terjadi
antar umat beragama.
3.
Untuk mengetahui yang dimaksud dengan
kerukunan antar umat beragama.
4.
Untuk mengetahui cara meningkatkan
kerukunan antar umat beragama.
D.
MANFAAT
KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA
Dengan
adanya kerukunan antar umat beragama maka dapat meminimalisir konflik yang
terjadi antar manusia, bukan hanya antar umat beragama saja. Kerukunan antar
umat beragama juga mencontohkan kalau semua agama itu sama yaitu percaya pada
Tuhan hanya saja cara untuk mempercayai dan beribadat akan hal tersebut saja
yang membedakannya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN
AGAMA
Agama adalah
kepercayaan tentang Tuhan, dari daulu kala manusia telah mngenal yang namanya
kepercayaan tetapi belum disebut sebagai agama, manusia zaman dahulu
menyebutnya sebagai animisme dan dinamisme. Animisme meliki arti
kpercayaan terhadap roh-roh sedangkan dinamisme
berarti percaya terhadap benda-benda yang dianggap keramat atau mempunyai
kekuatan diluar akal manusia. Kepercayaan tersebut berahir ketika adanya hukum
yang dinamakan positifistik, dimana
manusia berfikir berdasarkan logika dan mnengartikan semua peristiea alam
dengan pemikiran yang rasional.
Agama
secara umum diartika sebagai suatu kepercayaan terhadap hal yang gaib dan
berhubungan dengan Tuhan. Agama memiliki banyak sekali arti, masing-masing
filosof mengartikan agama itu berbeda beda, secara etimologi agama berasal dari
bahasa sanskerta yaitu kata A: yang artinya tidak dan Gama:
yang artinya kacau, kocar-kacir, berantakan, yang sama artinya dengan
perkataan Griek; Chaos. Jadi pengertian agama adalah tidak
kocar-kacir atau tidak berantakan, atau agama itu teratur, dan beres (Fakhroeddin
al-Kahiri). Sedangkan menurut Bahrun Rangkuti, seorang muslim cendekiawan
sekaligus seorang linguis mengatakan bahwa definisi dan pengertian agama
berasal dari bahasa Sansekerta yaitu a-ga-ma. A (panjang) artinya adalah cara,
jalan, dan gama adalah bahasa Indo Germania: bahasa Inggris Togo artinya jalan, cara-cara berjalan
atau cara yang dilakukan sampai kepada keridhaan kepada Tuhan. Selain definisi
dan pengertian agama berasal dari bahasa Sansekerta, agama dalam bahasa Latin
disebut Religion, dalam bahasa-bahasa barat sekarang bisa disebut Religion
dan Religious, dan dalam bahasa Arab disebut Din atau juga.
Dari pendapat tersebut, definisi dan
pengertian agama memiliki perbedaan-perbedaan pokok dan luas antara
maksud-maksud agama pada kata ‘agama’ dalam bahasa Sansekerta, dengan kata ‘religio’
bahasa latin, dan kata ‘din’ dalam bahasa Arab. Namun secara terminologis,
ketiganya memiliki inti yang sama, yaitu suatu gerakan di segala bidang
mengenai kepercayaan kepada Tuhan dan suatu rasa tanggung jawab batin untuk
perbaikan pemikiran dan keyakinan, untuk mengangkat prinsip-prinsip tinggi
moralitas manusia, untuk menegakkan hubungan baik antar anggota masyarakat
serta menghapuskan segala bentuk diskriminasi.
Agama sangat luas artinya jika
dijabarkan akan tetapi memiliki inti yang sama, seperti para tokoh mengartikan
agama secara berbeda beda.
1.
R.R.
Marett, seorang ahli antropologi Inggris mengatakan bahwa definisi dan
pengertian agama itu menyangkut lebih dari pada hanya pikiran, tetapi juga
perasaan dan kemauan, serta dapat memanifestasikan dirinya menurut segi-segi
emosionilnya walaupun idenya kabur.
2.
J.
G. Frazer, megatakan agama adalah suatu ketundukan atau penyerahan diri kepada
kekuatan yang lebih tinggi dari pada manusia yang dipercayai mengatur dan
mengendalikan jalannya alam dan kehidupan manusia.
3.
Eden
Sheffield Brigtman, memberikan definisi dan pengertian agama, yaitu bahwa agama
merupakan suatu unsur pengalaman yang dipandang mempunyai nilai yang tinggi;
pengabdian kepada suatu kekuasaan-kekuasaan yang dipercayai sebagai sesuatu
yang menjadi asal mula, yang menambah dan melestarikan nilai, dan sejumlah ungkapan yang sesuai tentang
urusan serta pengabdian tersebut baik dengan cara melakukan upacara-upacara
yang simbolis maupun melaui perbuatan-perbuatan yang lain yang bersifat
perseorangan serta yang bersifat kemasyarakatan.
4.
Pengertian Agama Menurut Anthony F.C. Wallace: Agama sebagai seperangkat upacara
yang diberi rasionalisasi lewat mitos dan menggerakkan kekuatan supernatural
dengan maksud untuk mencapai terjadinya perubahan keadaan pada manusia dan
semesta.
5.
Pengertian Agama Menurut Parsons & Bellah: Agama adalah tingkat yang paling
tinggi dan paling umum dari budaya manusia.
6.
Pengertian Agama Menurut Luckmann: Agama adalah kemampuan organisme
manusia untuk mengangkat alam biologisnya melalui pembentukan alam-alam makna
yang objektig, memiliki daya ikat moral dan serba meliputi.
7.
Pengertian Agama Menurut KBBI: Agama adalah sistem yang mengatur
tata keimanan/kepercayaan dan peribadatan kepada Tuhan Yang Maha kuasa serta
kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia lainnya.
8.
Menurut
Emile Durkheim, agama adalah suatu sistem yang terpadu terdiri dari keyakinan
dan praktek yang berhubungan dengan hal-hal yang suci dan menyatukan semua
penganutnya dalam suatu komunitas moral yang dinamakan umat.
9.
Harun
Nasution mengatakan bahwa agama dilihat dari sudut muatan atau isi yang
terkandung di dalamnya merupakan suatu kumpulan tentang tata cara mengabdi
kepada Tuhan yang terhimpun dalam suatu kitab, selain itu beliau mengatakan
bahwa agama merupakan suatu ikatan yang harus dipegang dan dipatuhi.
Beberapa definisi tentang agama
tersebut, memperlihatkan betapa luasnya cakupan agama dan sekaligus menunjukkan
pengertian agama itu cukup banyak. Hal ini menunjukkan adanya perhatian besar
dari para ahli terhadap agama, juga menunjukkan tentang merumuskan pengertian
agama itu sangat sulit sehingga tidak cukup satu pengertian saja.
Dengan bertolak dari beberapa
pengertian agama, Harun Nasution merumuskan delapan pengertian agama sebagai
berikut:
1.
Pengakuan
terhadap adanya hubungan manusia dengan kekuatan gaib yang harus dipatuhi.
2.
Pengakuan
terhadap adanya kekuatan gaib yang menguasai manusia.
3.
Mengingatkan
diri pada suatu bentuk yang mengandung pengakuan pada suatu sumber yang berada
di luar diri manusia dan yang mempengaruhi perbuatannya.
4.
Kepercayaan
kepada suatu kekuatan gaib yang menimbulkan cara hidup tertentu.
5.
Suatu
sistem tingkah laku (code of conduct) yang berasal dari kekuatan gaib.
6.
Pengakuan
terhadap adanya kewajiban-kewajiban yang diyakini bersumber dari kekuatan gaib.
7.
Pemujaan
terhadap kekuatan gaib yang timbul dari perasan lemah dan perasaan takut
terhadap kekuatan yang misterius yang terdapat dalam alam sekitar manusia.
8.
Ajaran-ajaran
yang diwahyukan Tuhan kepada manusia melalui seorang rasul.
Dari pengertian agama diatas maa
agama tersebut juga mempunyai cirri-ciri, dimana ciri-ciri agama adalah berikut
yang dilihat dari kehiduopan beraganya.
1. Mengadakan upacara pd momen2
tertentu.
2. Mempercayai tempat, benda, orang
sebagai yang keramat, bertuah, suci, istimewa
3. Aturan2 kehidupan dipercaya berasal
dari Tuhan.
4. Penghayatan ruhaniah seperti
khusyuk, cinta mendalam, menyatu dengan Tuhan, trance.
Agama tidak bisa lepas dari sendi
kehidupan manusia, semua yang terjadi dan yang dilakukan manusia tidak lepas
dari agamanya, karena agama yang mengatur jalannya kehidupan manusia agar
mendapatkan tempat yang layak dari Tuhan. Agama yang ada di kehidupan orang
Barat dengan kehidupan orang di Timur sangatlah berbeda, agama di berat tidak
terlalu mempengaruhi setiap aktivitas yang dilakukan oleh pemeluknya, tetapi di
bagian Timur aktivitas seharinya didasarkan atas agamanya.
B.
NORMA
YANG TERKANDUNG DALAM AGAMA
Nilai keagamaan terdiri dari dua kata
yaitu kata nilai dan keagamaan. Nilai itu sendiri adalah hakikat suatu hal yang
menyebabkan hal itu dikejar oleh manusia. Nilai juga berarti keyakinan yang
membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya. Dengan demikian nilai dapat diartikan sebagai sifat yang menempatkan pada posisi yang berharga dan
terhormat bahwa sifat ini menjadikan sesuatu itu dicari dan dicintai, baik
dicintai oleh satu orang maupun sekelompok orang. Sedangkan keagamaan adalah suatu
hal yang bersifat agama. Sehingga nilai Keagamaan berarti nilai yang bersifat
agama.
Macam-macam nilai yang
terkandung dalam agama menurut beberapa tokoh adalah.
1.
Iman
Iman
artinya percaya terhadap adanya Tuhan. Semua agama mempercayai akan adanya
Tuhan.
2.
Sikap
pasrah terhadap keagungan Tuhan
3.
Kesadara
bahwa Tuhan itu akan selalu ada dimanapun kita berada dan Tuhan akan selalu
memantau setiap kegiatan yang kita lakukan tanpa terkecuali sehingga apapun
yang kita lakukan tidak lepas dari kuasa Tuhan kita.
4.
Suatu
sikap dimana percaya kalau Tuhan akan memberikan jalan yang terbaik untuk kita
5.
Terimasih
kepada Tuhan serta tetap bersabar.
Nilai yang terkandung tersebut lebih
menekankan pada nilai yang terkandung dalam agama Islam. Tetapi semua nilai
yang ada pada agama adalah tidak lepas dari keagungan Tuhan. Secara umum nilai
yang terkandung dalam agama adalah nilai moral yang berhubungan dengan tingkah
laku dan iman yang berhubungan dengan keyakinan dalam hati akan keberadaan
Tuhan kita serta nilai pemersatu antar semua manusia.
Kehidupan beragama
dikatakan mempunyai nilai moral dilihat dari agama yang mengatur tata cara kita
bertingkah laku, berhubungan dengan sesama dan lain sebagainya. Tidak ada agama
yang mengajarkan keburukan, maupun kehancuran. Semua agama mengajarkan yang
baik untuk umatnya di dunia maupun di akhirat nantinya. Tetapi dalam
kenyataannya, agama adalah salah satu penyebab dari kerusuhan yang terjadi.
Bukan hanya karena perbedaan agama tersebut, tapi juga agama yang sama dapat
berselisih karena perbedaan dalam hal cara menjalani padahal mereka sama,
memeluk agama yang sama. Contohnya, agama Islam yang mempunyai banyak aliran,
yang tidak sesuai dengan ajaran Islam yang dianggap benar maka akan di
hancurkan bahkan tidak di berikan hidup tempat hidup di Indonesia. Tempat
mereka dibakar oleh sesamanya yaitu sesama Muslim. Itu semua menjelaskan bahwa
perbedaan agama adalah bukan sebagai penyebab utama konflik tetapi perbedaan
keyakinan.
Nilai iman yang berati
mempercayai akan Tuhan merupakan hal yang Wajib bagi semua umat yang mengaku
dirinya mempunyai agama. Mempercayai bukan salah satu nilai yang sangat
mendukung akan tetapai ada nilai yang sangat penting yaitu agama sebagai
pemersatu semua manusia yang ada di dunia. Tidak ada agama yang lebih baik dan
yang lebih buruk, semuanya sama yaitu merupakan ajaran tentang Tuhan. Tetapi
banyak agama yang merasa paling baik dan agama yang lain adalah musuh mereka.
Dalam hal ini sehingga timbullah yang namanya konflik antar umat beragama yang
akan dibahas dalam halaman berikutnya.
C.
KONFLIK
ANTAR UMAT BERAGAMA
Sepanjang sejarah agama dapat
memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan
semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga
dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif
dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa
tempat di Indonesia. Sebab terjadinya konflik antar masyarakat beragama
khususnya yang terjadi di Indonesia dalam perspektif sosiologi agama menurut Hendropuspito
berpendapat bahwa konflik yang terjadi antar umat beragama disebabkan karena
beberapa hal, antara lain:
1.
Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental
Semua pihak
umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari
bahwa perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan tersebut. Sadar
atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya
masing-masing, dibandingkan dengan ajaran agama yang lain, diberikan penilaian
atas agamanya dan agama orang lain.
Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan
kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan,
sedangkan yang lainnya merupakan pertentangan dari agamanya.
Agama
Islam dan Kristen di Indonesia, yang merupakan agama yang bisa dibilang agama
samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu
memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan. Tapi dalam hal
persamaan ini sering terjadi pertentangan antar umat beragama tersebt, sehingga
terjadinya konflik.
Di
beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran
santri. Bagi golongan santri, memandang Islam dalam keterkaitan dengan
keanggotaan dalam umat, sehingga mengakibatkan pandangan bahwa Islam adalah
hukum dan politik di samping agama. Berhubung isalam adalah agama mayoritas di
Indonesia, membuat Islam sendiri membuat peraturan hukum ataupun politik yang
sesuai dengan ajarannya tanpa memandang kalau Indonesia adalah bangsa yang
multicultural bukan hanya multireligius. Konflik pun sering terjadi akibat dari
dokrin tersebut.
2.
Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama
Tidak
dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan
antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi
penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam
masyarakat. Seperti yang telah terjadi di Wilayah Sampang dimana bentrok yang
terjadi menimbulkan banyak korban, bukan hanya korban jiwa kan tetapi juga
korban harta. Rumah dibakar dan harta benda dihancurkan, itu semua terjadi
karena adanya perbedaan dalam pemeluk agama.
Terjadi
juga di Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah
penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat.
Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang
umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan
suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.
3.
Perbedaan Tingkat Kebudayaan
Agama
sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan
budaya diberbagai bangsa di dunia tidaklah sama. Secara sederhana dapat
dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan
budaya modern. Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat beragama
beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik
itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau
tradisional. Sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau
modern. Mereka yang merasa kelompok agamanya tersaingi dengan pendatang akan
melakukan sedikit perlawanan seperti tidak terlalu menyukai pendatang yang lama
kelamaan akan menimbulkan konflik antar mereka.
Perbedaan
tingkat budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat
atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi
terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.
4.
Masalah Mayoritas dan Minoritas
Golongan Agama
Fenomena
konflik sosial mempunyai banyak penyebab. Tetapi dalam masyarakat agama
pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan
agama. Terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama mayoritas, sedangkan
kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang yang
beragama minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok mayoritas merasa
berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas. Kelompok
minoritas banyak mengalami kerugian fisik sampai-sampai tempat peribadatan
mereka dibakar.
Konflik
yang terjadi tersebut merupakan garisan besar dari konflik yang terjadi antar
umat beragama, konflik tersebut juga bisa terjadi karena hal kecil seperti
sindiran dari kata-kata yang dapat menyebabkan orang lain tersinggung. Sangat
sering terjadi hal tersebut, bukan hanya bisa terjadi pada masyarakat awam yang
tidak tahu cara bertatakrama, tetapi juga bisa terjadi di lingkungan orang
berpendidikan. Agama merupakan martabat
seseorang, maka dari itu harus dijunjung semampunya, untuk itu konflik yang
terjadi karena agama sangat mudah terjadi di kalangan maapun di dunia bagian
timur dan Indonesia khususnya.
D.
KERUKUNAN
ANTAR UMAT BERAGAMA
Kerukunan adalah istilah yang dipenuhi oleh muatan makna
“baik” dan “damai”. Intinya, hidup bersama dalam masyarakat dengan “kesatuan
hati” dan “bersepakat” untuk tidak menciptakan perselisihan dan pertengkaran
(Depdikbud, 1985:850). Bila pemaknaan tersebut dijadikan pegangan, maka
“kerukunan” adalah sesuatu yang ideal dan didambakan oleh masyarakat manusia.
Sebagai bangsa
multietnis, budaya, dan agama, kerukunan hidup umat beragama menjadi hal yang
sangat penting dan mendasar dalam kehidupan berbangsa dan bernegara. Kerukunan
hidup umat beragama menjadi pilar penting bagi terwujudnya persatuan, kesatuan,
dan ketahanan nasional, sekaligus menjadi prasyarat mutlak bagi terwujudnya
stabilitas politik dan keamanan yang niscaya bagi terselenggaranya pembangunan
nasional yang berkelanjutan.
Landasan bagi pengembangan kerukunan umat beragama yang
selama ini dijadikan pijakan adalah prinsip trilogi kerukunan, yaitu kerukunan
antarumat beragama, kerukunan intraumat beragama dan kerukunan antara umat
beragama dan pemerintah. Tantangannya adalah bagaimana kerukunan tersebut
dikembangkan lebih jauh sehingga tidak hanya di kalangan elite agama, tetapi
juga menjangkau lapisan umat beragama yang lebih luas.
Kebebasan
beragama dan berkeyakinan adalah hak asasi setiap warga negara yang dijamin dan
dilindungi oleh konstitusi negara Republik Indonesia. Namun demikian,
diperlukan pengaturan menyangkut aspek perwujudan dari hak dan kebebasan untuk
beragama dan berkeyakinan itu agar kebebasan seorang warga tidak melanggar hak
asasi dan kebebasan warga lain dalam beragama dan berkeyakinan, serta untuk
melindungi keselamatan, ketertiban, kesehatan dan moralitas publik. Oleh sebab
itu, tata kelola kehidupan umat beragama menjadi penting dikembangkan guna
mewujudkan kehidupan beragama yang rukun dan damai yang dilandasi atas sikap
toleran dan saling menghormati di kalangan umat beragama, tanpa mencampuri
substansi dari agama dan keyakinan yang dipeluk oleh warga negara.
Untuk
meningkatkan kerukunan umat beragama dalam lima tahun terakhir telah dilakukan
langkah-langkah antara lain:
1.
Reharmonisasi kehidupan sosial keagamaan
daerah pascakonflik
2.
Optimalisasi antisipasi disharmoni
sosial daerah rawan konflik
3.
Penguatan peran dan pemberdayaan
nilai-nilai kearifan lokal
4.
Peningkatan pemahaman agama berwawasan
multicultural
5.
Pengembangan budaya damai
6.
participatory action research (PAR)
untuk pengembangan model kerukunan
7. pemberdayaan
organisasi keagamaan; serta penguatan peran tokoh dan pemuka agama.
Sejalan dengan
cara meningkatkan kerukunan antar umat beragama tersebut, perlu juga dilakukan
berbagai kegiatan diklat dan orientasi kerukunan bagi para penyuluh agama,
dai/juru penerang dan sejenisnya; dan program bantuan buku-buku keagamaan dalam
rangka pencerahan wawasan keagamaan masyarakat. Dalam membangun kerukunan umat
beragama di kalangan generasi muda lintas agama telah dilakukan sejumlah
kegiatan peningkatan pemahaman dan wawasan serta pengamalan ajaran agama yang
berwawasan multikultural berupa kegiatan kunjungan dan dialog pemuda lintas
agama, dengan melibatkan 200 pemuda dari berbagai organisasi dan latar belakang
agama setiap tahunnya. Peningkatkan
kerukunan antar umat beragama tersebut, maka mampu meminimalisir konflik yang
terjadi, bukan hanya konflik yang terjadi antar umat beragama akan tetapi
konfik yang terjadi di dunia.
BAB
III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Agama
adalah kepercayaan kepada hal yang gaib dan berhubungan dengan Tuhan serta
kepatuhan akan ajaran Tuhan yang menjadi aturan pemeluknya hidup di dunia.
agama mempunyai cici-ciri yang dilihat dari kehidupan beragama antara lain: Mengadakan upacara pd momen2
tertentu, mempercayai tempat, benda, orang sebagai yang keramat, bertuah, suci,
istimewa, aturan2 kehidupan dipercaya berasal dari Tuhan, penghayatan ruhaniah
seperti khusyuk, cinta mendalam, menyatu dengan Tuhan, trance. Agama sebagai
pemersatu umatNya tetapi karena agam juga bisa menimbulkan konflik yang terjadi
seperti konflik di Sampang beberapa tahun yang lalu, penyebab terjadinya
konflik agama adalah Perbedaan Doktrin
dan Sikap Mental, Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama, Perbedaan Tingkat
Kebudayaan, Masalah Mayoritas dan Minoritas Golongan Agama. Dengan
konflik tersebut norma yang terkandung dalam agama tidak sejalan dengan apa ada
sehingga menimbulkan kendala yang terjadi dalam kerukunan antar umat beragama.
B.
SARAN
Untuk meningkatkan kerukunan antar
umat beragama yang terjadi di Indonesia pada khusunya hanya dapat diselesaikan
atau diminimalisir dengan peraturan yang tegas tentang hak beagama dan sanksi
yang tegas pula akan pelanggaran tersebut, karena semua aga itu sama tidak ada
perbedaan, sama-sama percaya dan patuh terhadap Tuhan hanya saja yang menjadi
perbedaan adalah cara melakukan peribadatan tersebut yang berbeda.
SUMBER/
REFERENSI
1. Endang Saifuddin Anshari, Ilmu
filsafat dan Agama, Surabaya PT, Bina Ilmu, 1987.
2.
Madjid,
Nurcholish. Islam, Kemodernan, dan Keindonesiaan. Bandung: PT Mizan
Pustaka, 2008.
3.
http://www.tugasku4u.com/2013/02/makalah-kerukunan-antar-umat-beragama.html
4.
Al-Faruqi, Ismail. Atlas Budaya Islam,
Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilan, Cet. III, Mizan : Bandung, 2001.
5.
Muhammad
Said Mursi, Fann Tarbiyah al-Aulad Fii al-Islam, 1977.
7.
Artikel
tentang definisi agama
8.
Merton, R.K.: Social Theory And Social Structural, Glenceo, Illinos, The
Fress,1949.
9. Nottingham,
Elizabeth. Agama Dan Masyarakat, Jakarta, PT Raja Grafindo Persada,2002.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar